Smartwatch buat Anak? Sesuaikan Kebutuhan, Jangan Ikut-ikutan

0

16

- Advertisement -

Jakarta – Smartwatch anak kini sedang ramai jadi pembahasan. Nah, apa sudah tepat anak-anak memakai perangkat gadget itu? Apalagi harganya pun relatif tidak murah.

Fenomena jam tangan pintar buat anak ini sedang ramai dibahas. Salah satunya karena keberadaan smartwatch itu sudah sukses merebut perhatian anak-anak, yang tak jarang sampai minta orang tuanya untuk membelikan.

Menilik fungsi, smartwatch ini pada dasarnya memang menawarkan fitur-fitur yang bikin ortu memudahkan dalam berkomunikasi dengan anak, lewat telepon suara maupun video call. Ada pula fitur GPS untuk memantau lokasi anak.

Namun, fitur canggih jam tangan pintar ini, plus bentuknya yang juga imut-imut, lazimnya harus ditebus dengan harga yang tidak murah. Ini memunculkan pertanyaan mengenai kelayakan barang mahal tersebut dipakai oleh anak-anak.

Sehubungan itu, psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani M.Psi pun menuturkan bahwa masalah tepat atau tidaknya membelikan anak smartwatch tergantung kembali lagi pada kebutuhan anak dan juga orangtua.

“Ortu tentu punya kebutuhan untuk mengetahui kondisi anaknya, atau apa yang dilakukan anaknya. Masih banyak juga manfaat positifnya, walaupun ada pula negatifnya seperti yang kusebutkan tadi. Jadi untuk memperbanyak positifnya, anaknya perlu diajari juga penggunaan yang tepat.

Untuk usia penggunaan, tentu saja batita bukan sasaran yang tepat. Usia 4 tahunan sebenarnya juga sudah bisa memakai asalkan anak diajarin dulu apa yg harus dan tidak boleh dilakukan.

“Lalu usia terbesarnya paling SD ya, anak SMP kemungkinan udah males sih dipakein gadget semacam itu, walaupun ada juga yang mau,” ujar Nina.

Senada dengan Nina, Psikolog Anak Devi Sani M.Psi, yang berpraktik di Klinik Tumbuh Kembang @rainbowcastleid dan Klinik Insight Psikologi, juga menekankan pantas atau tidaknya itu kembali pada kebutuhan.

“Apakah keluarga memang memerlukan ataukah hanya permintaan sang anak karena melihat temannya. Tentunya, jika hanya karena ‘ikut-ikutan’, baiknya dipikirkan lagi untuk memenuhinya. Ketika anak TK menginginkan sesuatu hanya karena melihat temannya, dan orangtuanya menahan keinginannya tersebut, sebenarnya ini kesempatan emas orangtua untuk mengajarkan kemampuan delayed gratification,” kata Devi.

Delayed dratification yaitu kemampuan diri untuk menunda atau menahan keinginan yang sifatnya impulsif tidak berdasar pada kebutuhan sesuangguhnya. Mengajarkan anak mengontrol keinginan impulsifnya merupakan bagian penting dalam perkembanban otaknya dan dapat diperkuat melalui latihan. Impuls kontrol ini ada pada bagian otak yang disebut fungsi eksekutif. Dengan fungsi eksekutif yang baik, maka kesuksesan akademiknya pun akan baik.

Namun, lain halnya jika kebutuhan itu didasari atas alasan anak yang cukup sering ditinggal sendiri, dan kemampuan kognitif anak yang memang sudah mencukupi. Jadi diperhatikan juga ya, ketika memberikan smartwatch ini untuk anak TK, tentunya orang tua tidak bisa marah ketika ia merusaknya tanpa disengaja atau menghilangkannya.

“Jika dilihat dari segi tanggung jawab, anak usia TK masih memiliki kendali diri di luar dirinya. Artinya masih perlu orang lain untuk mengingatkannya agar bisa mengontrol impulsnya tadi itu. Maka, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan anak TK jika ia menghilangkan atau merusakkan gadget mahal tersebut,” lanjut Devi.

Dari segi kemudahan sendiri sebenarnya ada sisi positif yang didapatkan. Misalnya, anak akan amat mudah untuk dihubungi dengan jam tangan ini. Tentunya menyenangkan juga kan buat orangtua dan menimbulkan rasa aman. Selain itu, anak juga bisa belajar untuk mengirimkan pesan dan mengenal huruf karena tampilannya yang menyenangkan.

“Tampilan huruf-huruf yang menarik saat mengirimkan pesan bisa memberikan anak tampilan baru dalam mengenal huruf,” tandasnya.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: